Malam itu, di Galeri Senja, meskipun pikiran Raina diselimuti bayangan tajam Arjuna Dirgantara, ia berusaha sekuat tenaga untuk fokus pada percakapannya dengan Bima Samudra. Aura hangat Bima, tawa ringannya, dan semangatnya yang menular tentang seni, sedikit demi sedikit berhasil menarik Raina dari cengkeraman kecemasannya. Mereka berdua duduk di salah satu sudut galeri, di antara instalasi seni abstrak, dengan secangkir teh herbal yang mengepul."Jadi, ide mural ini adalah tentang... koneksi antara manusia dan alam di tengah hiruk pikuk kota," Bima menjelaskan, matanya berbinar. Ia mengeluarkan sebuah sketsa kasar di buku catatannya, menunjukkan konsepnya pada Raina. "Aku membayangkan ada banyak elemen hijau, dedaunan yang menjalar, di tengah bangunan-bangunan pencakar langit yang kaku. Dan di beberapa bagian, kita bisa menambahkan siluet orang-orang yang berinteraksi dengan alam itu."Raina mengamati sketsa itu. Ia merasakan gairah seninya kembali membara. "Ini luar biasa, Bima," puj
Terakhir Diperbarui : 2025-05-24 Baca selengkapnya