“Brian!”Teriakan itu menggema di ruang tamu, nada suara Sabrina tinggi dan penuh emosi.Brian hanya mendengus, lelah mendengar suara ibunya yang lagi-lagi menekan dirinya.“Aku gak akan ngelanggar janji, ma. Tapi untuk ini, aku gak bisa janji apa-apa.” Suaranya berat, nyaris bergetar. “Biarin aku punya waktu sendiri. Kalau memang ada jodohnya, mungkin aku akan nikah lagi. Tapi of course gak dalam waktu dekat.”Tanpa menunggu balasan, Brian berbalik, langkah kakinya terdengar berat menapaki lantai hingga akhirnya pintu kamar Brian tertutup rapat.“Dasar anak itu!” gerutu Sabrina, menahan sesak di dadanya. Tangannya bergetar saat meraih gelas di meja, lalu meneguk air untuk meredakan emosi.Ia berusaha menenangkan diri, lalu menoleh pada Diana yang duduk diam.Perlahan, Sabrina menggenggam tangan wanita yang ia sudah anggap sebagai calon menantunya itu.“Kamu gak usah berkecil hati ya... Brian cuma lagi capek aja. Nanti, paling habis cerai juga dia tenang lagi.”Diana memaksakan senyum
Terakhir Diperbarui : 2025-10-01 Baca selengkapnya