***“Ambu,” ucap Ethan dengan suara dalam, menahan sesuatu di tenggorokannya. “Bisakah kita berbicara empat mata? Hanya berdua.”Ambu Wina yang sejak tadi duduk di kursi rotan, menatapnya lekat-lekat. Pandangannya tidak hanya menembus wajah Ethan, tetapi juga menelusup jauh ke dalam hatinya. Lalu ia mengangguk pelan, wajahnya teduh meski menyimpan banyak tanya.“Mari kita bicara di ruang kerja Ambu.”Tanpa banyak kata, Ethan mengikuti langkah wanita paruh baya itu. Sepatu kulitnya beradu dengan lantai kayu, setiap hentakan seperti membawa beban masa lalu. Begitu pintu ruang kerja tertutup, aroma buku tua dan kayu jati memenuhi ruangan.Ambu Wina duduk di kursi besar di balik meja, lalu tatapannya mengeras, bercampur dengan keteduhan khas seorang ibu.“Akhirnya kau kembali, Ethan,” ucapnya perlahan, namun penuh penekanan. “Tapi, kenapa sangat lama? Tahukah kau, semenjak kau pergi mendadak dan tak memberi kabar apa pun, Luna sempat bersedih?”Suara Ambu serak, ada getir yang terbungkus
Last Updated : 2025-08-30 Read more