***Aroma wangi daun jeruk dan lengkuas memenuhi dapur mewah pagi itu. Sekar, dengan celemek sederhana, tengah mengiris daun bawang sambil sesekali mencicipi sayur asem yang ia masak sendiri. Tangannya lincah, ekspresinya tenang, dan dari raut wajahnya terpancar kenyamanan—seolah dapur itu memang dunianya sejak dulu.Di sisi lain dapur, tiga maid berdiri gugup, saling pandang, tak berani mendekat.“Nona Sekar, biar kami yang kerjakan. Anda tidak seharusnya ke dapur,” ucap Lilis, maid yang biasa mengurus bagian dapur.Sekar tersenyum. “Panggil saja aku Sekar atau Teteh. Dan tidak apa-apa, aku sudah terbiasa masak sejak kecil. Dulu di panti, kami bergiliran memasak. Jadi ini bukan beban.”“Tapi… Tuan Ethan mungkin tidak akan suka melihat Anda bekerja seperti ini,” sahut maid lain pelan.Sekar menoleh, matanya lembut namun mantap. “Aku tak pernah hidup bergantung pada orang lain, dan hanya karena aku tinggal di rumah besar, bukan berarti aku berubah. Memasak membuatku merasa damai.”Lili
Terakhir Diperbarui : 2025-07-15 Baca selengkapnya