Sore mulai merambat pelan di kawasan Senayan, menyisakan langit berwarna oranye muda yang menyelimuti kota dengan kelembutan. Di halaman belakang sebuah kafe seni yang baru dibuka oleh alumni kampus mereka, Luna duduk bersandar di bangku kayu panjang, dikelilingi instalasi seni dari kayu dan benang-benang warna-warni. Suasana tempat itu terasa seperti galeri hidup—hangat, bebas, dan penuh cerita.Di pangkuannya, sebuah buku catatan terbuka. Di dalamnya, baris-baris lirik baru mulai terbentuk. Judul di halaman paling atas tertulis jelas: Langit Kita Sama.Ia baru menulis dua bait, namun maknanya terasa dalam. Lirik itu bukan sekadar syair; itu adalah potongan hatinya, sebuah pengakuan akan perjalanan yang telah mereka tempuh—sendiri, lalu bersama.Langkah kaki mendekat. Luna mendongak, dan melihat Adrian datang dengan dua cangkir kopi. Ia duduk di sebelah Luna tanpa banyak bicara, lalu menyodorkan secangkir pada gadis itu.“Kayaknya kamu butuh ini,” ujar Adrian dengan senyum kecil.“Se
Last Updated : 2025-07-17 Read more