“Dia belum datang?”Diana memandang berkali-kali ke arah jam tangannya. Meskipun raut wajahnya tidak menunjukkan kegelisahan, namun sang sekretaris tahu persis bahwa gadis itu sedang merasa cemas.“Kamu sudah hubungi, kan?”“Sudah, Bu.”“Waktunya sudah diberitahukan dengan tepat?”“Sudah, Bu. Saya juga sudah memberitahunya untuk datang dua jam sebelum waktu makan malam,” ujar Widya, ikut memandang jam tangannya karena lelaki itu sudah terlambat hampir dua puluh menit.Saat menunggu, telepon Diana mendadak bergetar, nama adik lelakinya muncul di layar. Diana memasang wajah malas, namun dia tetap saja menekan tombol hijau di layarnya.“Apa?”“Jutek amat,” celetuk Danis.Diana tahu bahwa adiknya itu pasti sedang tersenyum mengejek sekarang.“Kalau nggak penting, aku tutup sekarang,” kata Diana ketus.“Sabar bentar, Kak,” ujar Danis sambil tertawa. “Pantes aja jadi perawan tua. Jutek abis sih.”“Kututup,” ucap Diana tegas.“Kakek tanya, Kakak jadi datang sama calon suamimu, kan?” tanya Dan
Terakhir Diperbarui : 2025-05-09 Baca selengkapnya