Dari ujung meja makan, Aidan duduk membeku, bibirnya mengerucut dalam diam, sementara tatapannya tajam menusuk arah Ayahnya yang sedang tertawa lebar di seberang.Keningnya berkerut, tapi bukan karena bingung—melainkan karena kesal yang menggelegak dalam dada.Bayu ini, kenapa polos banget sih? Masa iya dia nggak sadar Ayah lagi akting? pikirnya, suara dalam kepalanya penuh curiga.Jelas-jelas cari muka. Aku nggak sebodoh itu.Sisa makan malam bergulir seperti jam tua yang enggan berdetak: pelan, sunyi, tapi mengandung banyak nada tak terdengar.Bukan sunyi yang kikuk, melainkan yang menyimpan lapisan-lapisan rasa yang sulit dijelaskan. Gelas-gelas bergeming, sendok garpu pun tak lagi bersuara, seolah ikut memahami bahwa ada sesuatu yang menggantung di udara.Begitu piring terakhir kosong, Kirana bangkit. Gerakannya cepat dan hampir refleks, seperti ingin mengalihkan pikirannya dari sesuatu.Ia mulai mengumpulkan pir
Terakhir Diperbarui : 2025-07-02 Baca selengkapnya