Kirana menoleh perlahan, gerakan kecil yang terasa berat seolah ada beban yang tak terlihat menarik bahunya. Tatapannya, biasanya setajam bilah pisau yang menenangkan, kini diliputi kebingungan samar. Di hadapannya, Raka berdiri dengan wajah yang makin mengeras.Sorot matanya tajam, nyaris menelanjangi, seakan berusaha menyibak sesuatu yang selama ini disembunyikan Kirana rapat-rapat.“Aku seharusnya menawari makan malam,” ucap Kirana, mencoba terdengar biasa saja. Suaranya ringan, tetapi nadanya bergetar halus seperti senar gitar yang dipetik pelan. “Tapi Lisa belum pulang, dan kakiku masih cedera, jadi… lupakan saja.”Ia tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip tameng. Hatinya justru berdenyut dengan perasaan yang sulit ia pahami, campuran resah dan enggan yang tak bisa diberi nama.“Lagipula, kamu pasti sibuk,” lanjutnya sambil menunduk, pura-pura merapikan kain selimut di pangkuannya. “Daripada buang wa
Terakhir Diperbarui : 2025-09-10 Baca selengkapnya