Aku seharusnya sudah membawa anak-anak ke pusat riset, pikir Kirana. Tapi Elina... Elina muncul begitu saja—dengan taksi, tanpa pendamping, wajah mungilnya menyembul dari balik pintu pagar.Kirana masih berdiri di ambang pintu, tubuhnya separuh tertahan oleh kekhawatiran, separuh lagi diseret oleh kehangatan yang tiba-tiba menyeruak saat melihat sosok kecil itu berdiri canggung, memeluk tas ransel ungu lusuhnya erat-erat.Setelah jeda hening yang seolah menebal di antara mereka, Kirana menghela napas pelan, nyaris tak terdengar, lalu membuka pintu lebih lebar."Masuk, Nak," ujarnya, suaranya lembut seperti angin sore yang menyusup lewat sela jendela.Elina tersenyum kecil, pipinya bersemu merah muda, dan mengangguk semangat. Langkah-langkahnya ringan saat melintasi ambang rumah, seperti burung kecil yang baru menemukan sarangnya kembali.Matanya bersinar ketika melihat Aidan dan Bayu di sofa. Dua bocah itu langsung bergeser, memberi ruang, dan menyambutnya seolah mereka telah lama mena
Terakhir Diperbarui : 2025-06-20 Baca selengkapnya