Raka terhenti. Dunia seolah mematung, menahan napas di antara detik yang terasa tak wajar panjangnya. Cahaya senja yang menembus kisi-kisi jendela menyayat lantai kayu, menorehkan garis-garis oranye yang bergetar seiring gemetar tubuh Elina.Gadis kecil itu beringsut, mendorong tubuhnya dengan telapak tangan yang gemetar, menjauh dari ayahnya. Gerakannya mirip seekor anak kucing yang tersudut, rapuh dan ingin lenyap dari pandangan.Lututnya ia tarik rapat ke dada, lalu tubuh mungilnya disandarkan ke dinding, seakan dinding itu bisa jadi benteng terakhir.Isak yang sejak tadi ia tahan akhirnya pecah. Tangisnya tak meluap keras, tapi lirih, menyayat, seperti suara kaca yang retak sedikit demi sedikit. Bahunya berguncang, kepalanya tertunduk, dan rambut hitam tipisnya menutupi sebagian wajah.“Jangan takut, Sayang… Ayah tahu… Ayah salah,” suara Raka pecah, patah di ujung kalimat. Kata-kata itu seolah jatuh di ruang kosong, tak mendapat jawaban, tak mendapat gema.Elina hanya memalingkan w
Terakhir Diperbarui : 2025-06-23 Baca selengkapnya