Raka menatap dokumen di tangannya sekilas, lalu menggeser pandangannya ke arah Kirana. Tatapan itu dingin, tajam, seolah cahaya yang memantul dari bilah pisau. Suaranya ketika berbicara terdengar datar, tetapi ada nada ironis yang nyaris tak kasatmata—seperti duri kecil yang tersembunyi di balik senyum sopan.“Sekarang ini,” ucapnya sambil membalik halaman dengan gerakan lambat, nyaris menyeret waktu, “banyak orang yang memalsukan kredensial demi tampak mumpuni. Apalagi dengan kondisi Pak Baskoro Tua yang sudah sangat kritis, kalian harus ekstra hati-hati. Jangan sampai tertipu oleh tampilan luar.”Suara kertas yang bergesekan memecah keheningan, begitu tipis namun terasa menusuk telinga. Raka membuka lembar demi lembar dengan ritme seperti seorang hakim yang tengah menimbang nasib terdakwa, bukan sekadar menelaah berkas. Tangannya tenang, nyaris anggun, tapi matanya—tajam, teliti—melahap setiap baris tulisan tanpa memberi jeda.Kirana berdiri tak jauh darinya. Tubuhnya kaku, seolah
Last Updated : 2025-06-12 Read more