Adellia menekan pedal gas mobilnya lebih dalam, menyusuri jalanan yang lengang dengan hati yang masih membara oleh amarah. Pertemuan dengan Rico tadi seperti api yang memercikkan bara lama yang nyaris padam. Namun, kali ini bukan karena luka—melainkan kejijikan. Keputusasaan Rico menjijikkan.Dan kini, yang ia pikirkan hanya satu hal: kembali sebelum semuanya semakin kacau.Begitu roda mobilnya memasuki gerbang rumah keluarga Mahesa, matanya langsung tertumbuk pada sosok Keenan yang berdiri di teras, wajahnya kelam, ponsel masih di tangan.Adellia nyaris tidak sempat memarkir mobil dengan sempurna saat Keenan melangkah cepat menghampiri, membuka pintu mobil sebelum ia sempat keluar.“Kamu ke mana saja?” suaranya rendah, tapi tajam. Nafasnya memburu.Adellia menggigit bibirnya, menahan ribuan alasan yang nyaris keluar. Tapi hanya satu yang akhirnya lolos, “Maaf…”“Maaf?” Keenan menyipitkan mata, wajahnya jelas-jelas murka. “Kamu menghilang tanpa kabar, tidak angkat telepon, dan kamu ta
Terakhir Diperbarui : 2025-05-16 Baca selengkapnya