Pagi ini, Yerin terbangun lebih awal dari Arsen. Ia menatap pria yang sedang memeluknya ini. Wajah Arsen nampak begitu damai. Meski suka marah-marah dan mengomelinya, tapi Arsen sangat tulus menemaninya di rumah sakit. “Kau sudah bangun?” Arsen memeluk Yerin. Meski memeluk Yerin hangat, Arsen tetap berhati-hati. Jangan sampai menyakiti kaki Yerin yang masih belum sembuh. “Butuh waktu berapa lama ya sampai kakiku sembuh?” tanya Yerin. “Santai saja. Jangan buru-buru ingin pergi ke sekolah.” Arsen bergumam di ceruk leher Yerin. “Lebih baik mengajar dan kelelahan daripada istirahat tapi tidak bisa melakukan apapun.” Yerin menyipitkan mata. “Jangan bilang kau berharap aku sakit saja supaya tidak bertemu dengan pak Rudy?” tanyanya. Arsen menggeleng. “Tidak!” jawabnya keras. “Siapa yang bilang begitu?” “Siapa tahu…” lirih Yerin. “Aku juga ingin kau juga cepat sembuh. Tapi, aku memang tidak suka kalau kau kembali bekerja ke sekolah dan bertemu dengan Rudy. Lalu, kau
Last Updated : 2025-06-17 Read more