“Enggak usah,” potong Nadira cepat, suaranya agak serak. Tangannya memeluk perut dengan lembut, lalu alisnya bertaut, menandai rasa tak nyaman yang pelan-pelan mencuat dari lambungnya.“Tadi sore kayaknya kebanyakan kopi. Perih banget, lambungnya. Kalau kamu lapar, pesan aja buat kamu sendiri, ya. Enggak usah repot-repot buat saya.”Ia menghela napas, sejenak diam. Sorot matanya menerawang, lalu melirik ke arah pintu.“Osha udah balik?”“Harusnya udah, Bu. Saya cek dulu, ya,” jawab Danu, cepat tanggap.Beberapa menit kemudian, Osha muncul bersama Danu. Wajahnya tampak rapi dan tenang, seperti biasa, dengan seragam yang masih licin meski hari sudah larut.“Bu,” sapa Osha, nada suaranya sopan dan penuh hormat.“Supnya udah dikasih ke dia?” tanya Nadira, nada suaranya ringan, tapi matanya tajam menelisik.Osha mengangguk lalu menjelaskan dengan rinci, “Pak Pradana tahu Ibu belum makan. Sekarang dia nunggu di luar. Katanya mau ajak
Last Updated : 2025-08-14 Read more