Yasmin menatap Gada tanpa berkata-kata. Matanya menyimpan sesuatu yang tak terucap, seperti lautan yang tenang namun menyembunyikan badai di bawah permukaan.Sorotan matanya menusuk, seolah ingin menggali lebih dalam dari sekadar ucapan yang baru saja didengar.Gada, tak tahan dengan keheningan itu, buru-buru menyambung, nadanya setengah berbisik, setengah meledak, “Ayo dong! Mbak Nadira itu beda banget sama Pak Wulandaru. Dia tuh nggak munafik kayak dia. Ini kesempatan emas, Yasmin, kamu ngerti kan? Nggak akan datang dua kali! Nanti, kalau kamu udah naik, Diana itu nggak ada nilainya. Kalau dia berani nyentuh kamu lagi, kita bales. Dua kali lipat. Atau... kita hancurin sekalian.”Tawa Yasmin meletup, pelan namun getir, hanya untuk segera diakhiri raut kesakitan. Ia menahan perih di rusuknya, sembari tetap tersenyum kecil, seakan ingin berkata: “Aku masih bisa tertawa, meski tubuhku remuk.”Nadira yang berdiri tak jauh dari ranjangnya, menatap Gada tajam.
Last Updated : 2025-08-17 Read more