Langkah Nadira menyapu lantai marmer seperti bayangan angin yang mendekat dalam diam. Ia jongkok perlahan, menyamakan tinggi matanya dengan wajah Ratu yang pucat, lalu menyentuhkan dua jari ke titik di antara alis gadis itu.Sejenak, seolah waktu berhenti. Ratu meringis, tubuhnya sempat menegang, namun perlahan, napasnya yang semula terputus-putus mulai menemukan irama.Getaran hebat di tubuhnya surut seperti ombak yang mulai tenang setelah badai.Wajahnya yang tadi kelabu kini kembali berwarna, namun matanya... merah, menyala, seperti bara yang telah lama tertahan.Tiba-tiba, tanpa aba-aba, ia memeluk Nadira erat, seolah berpegangan pada satu-satunya pelampung di lautan gelap yang hendak menelannya hidup-hidup."Aku mau dia di penjara seumur hidup!" serunya, suara serak dan tajam seperti kaca pecah. "Kalau bisa… aku mau dia mati. Mati! MATI!"Jeritannya menggema, liar dan basah oleh air mata. Ia menangis tak tertahan, lalu ambruk ke lantai,
Last Updated : 2025-08-20 Read more