“Maaf, aku terlambat. Macet di Sudirman,” suara Lukman terdengar kalem, tapi tiap katanya membawa gema ketegasan, seperti langkah sepatu kulit di lantai marmer.Ratu dan Ghani langsung menyambutnya dengan senyum ramah, mencoba meredakan ketegangan yang sempat menggantung di udara.“Tenang saja, kamu datang tepat waktu,” ujar Ghani sambil menepuk punggung kursi kosong di sebelahnya.Namun Nadira, yang duduk santai dengan kaki bersilang, tak bisa menahan godaannya. Dengan senyum miring dan mata menyipit jahil, ia menyelutuk, “Kalau kamu datang lima menit lagi, bakso ini udah dingin, Luk.”Sekilas, wajah Lukman masih menyimpan sisa keseriusan, tapi akhirnya sudut bibirnya melunak, tersungging senyum tipis.Ia melepas jasnya perlahan dan menggantungnya di sandaran kursi, lalu berkata, “Kalau begitu, ayo langsung saja. Gara-gara bakso ini aku ngebut dari Ardiyanto ke sini.”Udara malam di teras restoran semi-terbuka itu dipenuhi aroma rempah dan
Last Updated : 2025-08-21 Read more