Elvano akhirnya tersenyum, senyum yang tidak sering muncul di wajahnya yang biasanya tegas dan tertutup.“Itu baru saudara sejati, Rafka,” katanya, suaranya tenang namun sarat makna, seperti sebuah restu diam-diam.Sementara itu, di kamar bernuansa lavender milik Veronika, lampu meja menyala redup. Aroma teh chamomile menggantung di udara, menenangkan tapi tak cukup menepis kegelisahan di dada gadis itu.Veronika duduk bersila di atas ranjang, tubuhnya sedikit membungkuk ke arah Nadira yang duduk tenang di sofa kecil dekat jendela.Malam sudah larut, tapi rahasia justru mengalir deras saat kota mulai terlelap.Dengan suara rendah tapi penuh semangat, Veronika menceritakan semuanya. Kata demi kata yang ia dengar malam itu, ia rekam dengan saksama di buku hariannya.Setiap dialog, setiap nada suara, bahkan bisikan samar, semuanya ia tulis karena takut lenyap ditelan waktu.“Kalau kamu nggak percaya, aku bisa kasih lihat bukunya,” ujarny
Terakhir Diperbarui : 2025-08-22 Baca selengkapnya