Tawa Nadira sempat melenting ringan, sebelum nadanya melandai menjadi lebih datar, serius. “Sebentar, ini ebinya kamu rebus dulu ya?”Dipa, yang tadinya tampak santai, sontak menegang. “Iya,” jawabnya, cepat, nyaris gugup.Nadira mengangguk pelan, lalu mengangkat jari telunjuk, memberi isyarat agar Dipa benar-benar menyimak.“Ingat ya, kalau rebus ebi, jangan diaduk setelah masuk air mendidih. Nanti lapisan aromatiknya bisa copot semua.”Nada suaranya tetap tenang, tapi ada sesuatu dalam cara ia bicara yang membuat udara seolah mengeras.Seperti kabut tipis di pagi hari yang diam-diam menyelimuti semuanya, aura wibawanya menyusup tanpa suara, tanpa paksa.Teguh, koki senior yang biasa meladeni tamu-tamu negara, biasanya bicara keras dan tak segan menegur, kini justru tampak tenang ketika Nadira bicara.Apalagi Dipa, yang baru beberapa minggu menyentuh dapur profesional. Ia langsung mengangguk patuh.“Iya, aku ingat. Aku akan in
Terakhir Diperbarui : 2025-08-23 Baca selengkapnya