Keesokan harinya, keduanya duduk berhadap-hadapan di meja makan. Aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan itu, tapi tidak ada satu pun kehangatan diantara mereka. Hanya denting sendok di cangkir Chloe dan gesekan lembut pisau mentega Nash yang terdengar di ruangan luas itu.Chloe duduk tenang, menatap roti di piringnya tanpa benar-benar melihat. Wajahnya masih memerah di sisi kiri, sisa kekasaran Nash semalam terhadapnya. Matanya bengkak, kantungnya menghitam karena dia tidak tidur hingga pagi menjemput. Tapi, tidak ada keluhan apa pun yang keluar dari bibirnya.Nash tahu. Dia memperhatikannya dari ujung matanya. Tapi tak ada simpati, tak ada penyesalan. Hatinya benar-benar membeku. Dia pantas mendapatkannya! Itu kalimat yang terus terulang di benaknya. Dia ingin Chloe tahu bagaimana rasanya dihancurkan, sama seperti dia sudah menghancurkan ibunya.“Aku tidak suka sikapmu semalam,” ucap Nash pada akhirnya, suaranya datar dan tajam seperti pisau.Chloe tidak mengangkat wajah, dia
Terakhir Diperbarui : 2025-05-30 Baca selengkapnya