Semua Bab Perjalanan Sang Batara: Bab 71 - Bab 80

Sepuluh prajurit lengkap dengan pedang dan tombak menyerang Jaka secara bersamaan. Jaka dengan mudah berkelit menggunakan ilmu Kaki Awan miliknya. Bahkan kakinya bisa bertumpu pada ujung tombak lawan dan prajurit yang tombaknya dijadikan tempat Jaka berdiri tidak merasakan berat sama sekali! Ini adalah ilmu Kaki Awan tingkat tinggi. Bahkan jarang pendekar menguasai ilmu meringankan tubuh hingga ke tahap ini. Putri Maharani tersenyum bangga melihat kelihaian Jaka dalam menghindari serangan-serangan prajurit Banyu Emas. "Dia bisa dengan mudah menghindari semua serangan prajurit pilihan dari Banyu Emas. Ini, apa karena para prajurit berkemampuan lemah atau memang pendekar muda itu yang terlalu kuat?" gumam Raja Rama takjub melihat gerakan-gerakan jurus Jaka Geni. Putri Maharani tersenyum mendengar Ayahandanya berkata seperti itu. "Dia itu orang terhebat yang pernah aku temui ayahanda..." ucap Putri Maharani membuat Raja mengangkat alisnya lalu mengang

Pangeran Slamet Suradisastra menatap wajah pendekar yang ada di hadapannya. Jika memang Jaka Geni berniat buruk, sudah pasti dia sudah menjadi mayat saat itu, mengingat kesaktian Jaka Geni yang luar biasa. Sepuluh prajuritnya yang sudah terlatih bela diri saja tidak berkutik, apalagi dirinya. Pangeran Slamet Suradisastra pun mengangguk. Jaka Geni mulai menuturkan apa yang ingin dia sampaikan. "Beberapa hari yang lalu, ada seorang wanita yang sama persis dengan Putri Maharani. Dia juga menculik Putri dan menyembunyikan nya. Aku hampir saja tertipu dengan wujudnya. Tapi untung saja aku menyadari sesuatu yang aneh dari dirinya. Putri yang ku kenal adalah seorang gadis yang anggun dan sopan. Sedangkan yang saat itu ada di hadapanku, sangat liar dan begitu bernafsu mengajak aku bersetubuh. Setelah lama berbicara, wanita yang menyerupai putri itu ternyata bernama Sekar Wangi. Dia aslinya adalah seorang nenek tua yang suka jahil. Namun, kekuatannya luar biasa dalam hal

Lake Wera berkelebat cepat ke arah Aji Pamungkas. Gerakannya cepat dan terasa aura angin yang keras. Aji Pamungkas tersenyum kecil. Lalu tiba-tiba tangannya di angkat ke atas seolah tengah menangkap sesuatu. "Kau datang ke arah yang salah orang tua..." ucap Aji Pamungkas pelan. Lalu setelah tangannya kembali turun, tiba-tiba tubuhnya menghilang dari pandangan mata Lake Wera! Seketika Lake Wera menghentikan serangannya karena terkejut melihat orang yang akan di serangnya menghilang. Namun belum selesai rasa terkejutnya, kembali tiba-tiba dia mendengar desiran angin. Lake Wera menghindar dengan mendorong tubuhnya ke belakang. Desiran angin pun lewat dan sedikit menyentuh hidungnya! Pendekar dengan julukan Setan Golok Abang itu terkejut melihat darah mengucur dari hidungnya yang seperti tersayat pisau. Para Juri bergumam. "Apa benar ini hanya serangan kecepatan tanpa tenaga dalam?" tanya Juri bernama Ki Ageng. Juri yang satunya lagi yan

Saat Jaka Geni sibuk berbincang dengan pendekar dari Padepokan Wadaslintang itu, di arena pertarungan telah terjadi pertarungan sengit antara Nayaka alias Pendekar Kipas Neraka melawan Gumelar atau Pendekar Gagak Hitam. Gumelar atau Pendekar Gagak Hitam terkapar dengan luka besar di kepalanya.Semua orang terkejut melihat kesaktian Nayaka. Padahal mereka berdua sama-sama dari Kerajaan Banyu Emas. Dan sama-sama penjahat ulung di kerajaan itu. Pangeran Slamet yang melihat dua orang itu bertarung berharap keduanya mati. Namun tak disangka justru buron yang tengah di cari kerajaannya yang memenangkan pertarungan. Tinju Pangeran Slamet terkepal menahan amarah. Namun dia tak bisa berbuat apa-apa. Ditambah keris sakti yang di takuti Nayaka itu kini hilang bersama Iblis Cantik entah kemana. Pangeran Slamet yang sekarang, terlihat seperti macan ompong di mata Nayaka. Tak terasa babak penyisihan telah berlalu, menyisakan dua puluh pendekar hebat. Bebera

Ki Maranggi berusaha keras agar tidak terjatuh dari serangan kuat yang Rakabumi kerahkan. Namun sekuat tenaga dia melawan, semakin berat dia menahan tubuhnya. Akhirnya tubuh orang tua itu roboh kelantai. Semua orang terkejut melihat ajian aneh milik Rakabumi alias Pendekar Muka Setan. "Ajian dari Padepokan Lemah Ireng sangat sakti. Bukankah itu ajian Bumi Menghisap Arwah milik pemimpin padepokan itu?" gumam Ki Bantar yang takjub dengan kekuatan milik Rakabumi. Pemuda itu memanfaatkan besi dan granit sebagai perantara yang kuat. Jika mereka bertarung di tanah, tubuh Ki Maranggi pasti sudah terkubur hidup-hidup. "Benar. Ajian itu milik Ki Bratasena atau Pendekar Hantu Ireng. Selama ini dia diam dan tidak pernah berbuat keonaran. Kita tidak tahu, dia itu golongan hitam atau golongan putih." ujar Ki Ageng menimpali. "Pakaian bukanlah petunjuk bahwa seseorang berada di golongan mana. Orang tua berjuluk Pendekar Tongkat Emas itu, berp