Aji Pamungkas membungkuk hormat kepada lawannya Indramayu. Pendekar dari Puncak Ciremai itu membalas dengan sopan. Gong pun di pukul dengan keras pertanda pertandingan terakhir di babak adu ilmu kanuragan di mulai. Dua pendekar saling pasang kuda-kuda. Aji Pamungkas tak banyak menunda, dia langsung kerahkan jurus Gerakan Angin Berduri yang sempat membuat Lake Wera si Setan Golok Abang terluka. Indramayu yang telah mengetahui jurus unik itu tak tinggal diam. Dia juga mempunyai jurus unik yang mirip dengan Gerakan Angin Berduri. Nama jurusnya adalah Hembusan Badai Ciremai. Jurus milik Aji Pamungkas adalah kecepatan dan melukai, sedangkan jurus milik Indramayu adalah kecepatan menghindar dan bertahan. Dua jurus sakti ini pun membuat banyak mata tertuju pada gerakan dua pendekar yang hampir tidak terlihat oleh mata telanjang. Mereka yang mempunyai tenaga dalam tinggi bisa mengetahui gerakan kedua pendekar yang tengah bertarung tersebut.
Semua penonton tak mengira akan mendapat pertunjukan gila dari Pendekar bencong bernama Kembang Arum itu. Jaka Geni lebih tak menyangka lagi di cium oleh bencong macam dia. Ketika semua orang merasa lucu dan terhibur dengan hal itu, Panglima Karna dan Lawe Segara menanggapinya dengan berbeda. "Kau yakin, si banci itu bisa di andalkan?" tanya Panglima Karna. Lawe Segara mengangguk. "Tenang saja paduka, pemuda itu tak akan menyadarinya. Mungkin butuh waktu satu hari untuk racun itu masuk merata ke dalam tubuhnya. Besok saat babak terakhir sayembara dimulai, Nayaka bisa dengan mudah menghabisinya." kata Lawe Segara dengan senyum bangga. Panglima Karna pun merasa senang dengan kinerja orang kepercayaan nya tersebut. Ternyata Kembang Arum adalah salah satu suruhan Panglima Karna. Dia ditugaskan meracuni Jaka Geni dengan cara mencium. Cara yang tidak lazim ini tidak akan menjadikan para penonton dan Raja curiga. Racun itu sangat kuat sehingga
"Aku menyerah...!" pekik Bayu Atmaja yang sudah tidak berdaya. Mahesa Jenar pun dinyatakan menang. Sebenarnya dia bisa dengan mudah membunuh Bayu Atmaja jika dia mau. Tapi Mahesa Jenar adalah seorang Pendekar yang berjiwa kesatria. Apalagi antara dia dan Bayu Atmaja tidak ada dendam atau masalah. Mahesa Jenar membungkuk hormat kepada Bayu Atmaja lalu melesat kembali ke samping Pangeran Tanjung. Sedangkan Bayu Atmaja dibawa ke ruang pengobatan oleh prajurit.Pertarungan yang tidak mengecewakan itu membuat banyak orang salut kepada Mahesa Jenar. Pembawa acara naik ke atas panggung. Lalu berteriak mengumumkan petarung dengan nomor tiga untuk naik ke atas panggung. Dua orang melesat ke atas panggung dan berdiri saling berhadapan. Salah satu orang terlihat mengenakan blangkon coklat dengan menggunakan pakaian serba hitam. Di wajahnya tertutup cadar hitam. Dia adalah seorang Pembunuh bayaran dari Gerombolan Iblis. Jasa mereka
Ki Maranggi berusaha keras agar tidak terjatuh dari serangan kuat yang Rakabumi kerahkan. Namun sekuat tenaga dia melawan, semakin berat dia menahan tubuhnya. Akhirnya tubuh orang tua itu roboh kelantai. Semua orang terkejut melihat ajian aneh milik Rakabumi alias Pendekar Muka Setan. "Ajian dari Padepokan Lemah Ireng sangat sakti. Bukankah itu ajian Bumi Menghisap Arwah milik pemimpin padepokan itu?" gumam Ki Bantar yang takjub dengan kekuatan milik Rakabumi. Pemuda itu memanfaatkan besi dan granit sebagai perantara yang kuat. Jika mereka bertarung di tanah, tubuh Ki Maranggi pasti sudah terkubur hidup-hidup. "Benar. Ajian itu milik Ki Bratasena atau Pendekar Hantu Ireng. Selama ini dia diam dan tidak pernah berbuat keonaran. Kita tidak tahu, dia itu golongan hitam atau golongan putih." ujar Ki Ageng menimpali. "Pakaian bukanlah petunjuk bahwa seseorang berada di golongan mana. Orang tua berjuluk Pendekar Tongkat Emas itu, berp
"Kakak yang benar saja! Mana ada orang sehebat itu! Kalau setengah hari walau tidak begitu percaya tapi aku yakin ada yang bisa jika dia pendekar hebat golongan atas. Tapi ini dalam hitungan jari! Bahkan Dewa saja tidak mungkin melakukannya dalam sekejap!" kata Melati yang merasa bahwa Leksono hanyalah bercanda. "Kau tidak percaya karena kau tidak mengalaminya sendiri Melati. Bahkan pendekar itu bilang jika dia menang, dia akan memberikan pedang Roh Api secara cuma-cuma kepada padepokan kita... Aku sendiri hampir tidak percaya ada orang seperti dia di dunia ini." kata Leksono. Mata Melati terlihat berkaca-kaca. "Apakah ini pertolongan dewa...?" tanyanya pada diri sendiri."Mungkin saja karena kebaikan Tabib Dewa yang membuatnya bertemu denganku." kata Leksono. "Apa hubungannya Tabib Dewa yang hilang itu dengan pendekar yang kakak maksud?" tanya Melati. "Pendekar itu tengah mencari keberadaan Tabib Dewa. Dia sepertinya tahu bahwa
Saat Jaka Geni sibuk berbincang dengan pendekar dari Padepokan Wadaslintang itu, di arena pertarungan telah terjadi pertarungan sengit antara Nayaka alias Pendekar Kipas Neraka melawan Gumelar atau Pendekar Gagak Hitam. Gumelar atau Pendekar Gagak Hitam terkapar dengan luka besar di kepalanya.Semua orang terkejut melihat kesaktian Nayaka. Padahal mereka berdua sama-sama dari Kerajaan Banyu Emas. Dan sama-sama penjahat ulung di kerajaan itu. Pangeran Slamet yang melihat dua orang itu bertarung berharap keduanya mati. Namun tak disangka justru buron yang tengah di cari kerajaannya yang memenangkan pertarungan. Tinju Pangeran Slamet terkepal menahan amarah. Namun dia tak bisa berbuat apa-apa. Ditambah keris sakti yang di takuti Nayaka itu kini hilang bersama Iblis Cantik entah kemana. Pangeran Slamet yang sekarang, terlihat seperti macan ompong di mata Nayaka. Tak terasa babak penyisihan telah berlalu, menyisakan dua puluh pendekar hebat. Bebera