Rumah itu terasa lebih besar malam ini—terlalu besar bahkan.Zayna berdiri di depan pintu kamarnya, menggenggam gagang pintu dengan tatapan kosong. Dari ruang tamu, terdengar suara samar tawa keluarga yang sedang bersiap untuk pulang. Namun bagi Zayna, semua itu terdengar jauh, seperti gema dari masa lalu.Ia menatap sekeliling rumah yang dulu penuh kehangatan. Setiap sudutnya menyimpan kenangan—meja makan tempat mereka sering bercanda, ruang keluarga tempat kakaknya biasa menonton drama sambil tertawa kecil, dan dapur tempat uminya, Summayah, menyiapkan makan malam yang lezat.Kini, semuanya terasa hampa.Langkahnya pelan menuju ruang tengah, di mana beberapa anggota keluarga masih berbincang. Tante Lila sedang berbicara lembut dengan uminya, sementara ayahnya, Hadi, hanya duduk diam di sofa, wajahnya terlihat lelah.“Kakak, jangan terlalu sedih,” ucap Tante Lila pelan, menepuk bahu Summayah. “Semua ini mungkin sudah jalan dari Allah. Kalau memang bukan jodoh Maisha, berarti ada
Terakhir Diperbarui : 2025-10-31 Baca selengkapnya