Zayna memegangi lengan Ibu Hafsah dengan hati-hati, membantu wanita itu berdiri dari ranjang suite hotel. Tubuh Hafsah gemetar, bukan karena takut—lebih karena terlalu banyak menangis. Arsela berdiri di sisi lain, ikut memegangi sang kakak seolah takut beliau jatuh kapan saja. Sementara itu, Zafran berdiri beberapa langkah di belakang mereka, wajahnya tetap datar seperti es, tetapi rahangnya tegang.Tangannya mengepal dan lepas bergantian, seolah ia sedang menahan kegelisahan yang tidak ingin ia tunjukkan pada siapa pun. “Pelan-pelan ya, Bu…” ucap Zayna lembut. Hafsah mengangguk, meski air mata masih membasahi pipinya. Mereka keluar dari kamar, melewati ruang tamu hotel yang luas, lalu menuju lift.Zafran berjalan cepat mendahului mereka, menekan tombol lift dan memastikan tidak ada tamu lain masuk.Ketika pintu lift terbuka, dia menahan panel pintu dengan satu tangan, menunggu Zayna dan ibunya masuk terlebih dulu. Gestur sederhana tetapi… entah bagaimana membuat jantung Zayna b
Terakhir Diperbarui : 2025-11-24 Baca selengkapnya