Floryn memandang layar ponselnya sesaat. Dadanya berdebar—untuk pertama kali Samuel menghubunginya. Ia menarik napas dalam dan mengangkat panggilannya.“Halo, Pak Samuel,” sapa Floryn, suaranya terdengar serak.“Halo, Floryn,” balas Samuel tegas. “Bagaimana keadaan cucuku? Dia sakit apa?” tanyanya khawatir.Ah … Floryn mengangguk paham. Samuel pasti mengkahwatirkan Nael.“Gejala tifus, Pak. Tadi sudah ada dokter ke rumah,” terang Floryn.“Astaga! Anak itu pasti terlalu memforsir dirinya,” dumal Samuel sambil mendesah kasar. “Floryn, saya minta tolong jaga Nael. Penuhi kebutuhan dia selama sakit. Saya percayakan Nael padamu.”Kalimat itu merupakan penutup dari Samuel. Pria itu langsung mematikan panggilannya, menyisakan Floryn yang diam membisu. Matanya membulat, jantungnya berdebar.Untuk pertama kali, Floryn merasa keberadaannya terlihat di keluarga ini. Ia merasa senang ketika bisa diandalkan. Tanpa ia sadari, matanya kini basah.***“Bener, sudah enakan?” tanya Floryn. “Kalau masih
Huling Na-update : 2025-06-22 Magbasa pa