Fiona memaksakan senyum manis ke Dokter Vendi, lalu berbalik menghadapi Alvaro dengan api di matanya."Dokter Vendi, tolong abaikan sampah ini. Dia nggak tahu apa-apa.""Alvaro, tutup mulutmu! Kau sedang mencoba menyabotase perawatan Kakek, 'kan? Berusaha merebut warisan lebih cepat? Itu sebabnya kau lebih memilih dia mati? Ya Tuhan, kau memang menjijikkan."Alvaro hanya mengangkat bahu, seakan tidak terganggu. "Maksudku adalah kalau Dokter Vendi bahkan nggak sadar ada racun di sini, ya, aku meragukan kualifikasinya."Wajah Dokter Vendi mengeras, matanya berkilat marah. "Anak muda, kau tahu siapa yang kau hadapi? Ketidakhormatan semacam itu bisa sangat merugikanmu."Alvaro menyilangkan tangan. "Katanya kau murid Johan Oskar, nggak lebih. Kalau memang butuh perawatan, seharusnya datang dari sang guru langsung. Kau masih bau kencur."Fiona ternganga mendengar keberanian Alvaro.Para anggota Keluarga Sarjono nyaris meledak karena marah, sementara Jumadi yang berdiri tak jauh memberi perin
Read more