Wakil Inspektur itu menghela napas panjang, seperti orang yang sudah terlalu lelah untuk peduli.Dia mengangkat pistolnya.Valerio menjerit panik, suaranya pecah karena ketakutan. "Jangan, jangan! Aku memang salah, tapi kau nggak bisa bunuh aku begitu saja! Ada prosedur, ada pengadilan! Aku berhak pakai pengacara! Negara ini masih punya hukum, 'kan?"Alvaro menoleh sebentar, suaranya dingin. "Tenang saja, Valerio. Kau nggak sendirian. Bosmu, Rian, giliran berikutnya."Pintu menutup rapat, lalu letusan pistol memecah teriakan terakhir Valerio.Siti sempat menoleh, cukup untuk melihat tubuh Valerio jatuh menghantam lantai beton, mati seketika.Mereka keluar, cahaya senja menerpa wajah mereka, mengingatkan bahwa semua ini nyata.Di seberang jalan, Jasmin sudah menunggu dengan dikawal para pengawalnya.Wajahnya sempat menunjukkan kekhawatiran, tetapi segera berubah jadi masam ketika melihat tangan Alvaro menggenggam tangan Siti.Dengan langkah cepat di atas sepatu hak tinggi mahalnya, Jasm
Read more