Joselin meregangkan badan sambil menguap malas, tangannya terangkat ke atas."Selamat pagi, Bu Siti."Ketika melihat Alvaro sudah bangun, wajahnya jadi berseri. "Selamat pagi juga, Alvaro.""Pagi, Joselin," balas Alvaro, tidak yakin harus berkata apa lagi di bawah tatapan tajam dan membakar dari Siti.Joselin turun dari tempat tidur, lalu meregangkan leher seolah-olah tidak ada hal aneh yang terjadi."Aku buatkan sarapan untuk kita bertiga ya?" Dia mulai berjalan ke arah pintu, bertingkah seperti hari-hari biasa.Namun, Siti tiba-tiba mengadangnya, matanya menyipit. "Kenapa kalian bisa tidur berdua?"Joselin menatap matanya, wajahnya datar, tanpa ada sedikit pun rasa bersalah. Dibesarkan di sebuah panti asuhan kecil, tidur bersama orang lain adalah hal lumrah baginya."Oh, Alvaro kemarin pingsan di depan klinik. Jadi aku membawanya ke kamar," katanya di sela-selanya menguap."Niatnya cuma mau bantu sampai ke tempat tidur doang. Tapi dia tiba-tiba nangis dan nggak mau lepasin aku. Kupik
Read more