All Chapters of PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR : Chapter 21 - Chapter 30

Biksu Sesat dari selatan pun tidak tinggal diam. Dengan jurus Tapak Naga Beracun dia berusaha membokong Ki Damarjati dari belakang. Dengan kecepatan tertingginya dia langsung melesat ke arah pertapa tua tersebut.Mengetahui ada energi besar dari belakang, Ki Damarjati bergerak menyamping satu langkah dan kemudian memukul Biksu Sesat tepat di punggungnya. Lelaki berkepala plontos itu pun terlempar ke arah Subroto dan Dewi Ular Beracun yang masih berusaha bangun. Mereka pun jatuh lagi karena tertimpa tubuh Biksu Sesat. Nampak lelehan darah kehitaman mengalir dari mulut mereka bertiga."Hari ini akan kumusnahkan kalian bertiga!" Ki Damarjati berjalan mendekati ketiga orang tersebut.Pertapa sakti dari gunung Arjuno itupun kemudian mengarahkan telapak tangannya ke arah Subroto, Dewi Ular Beracun dan Biksu Sesat dari selatan. Secara tiba-tiba kobaran api hitam keluar dari telapak tangannya dan membakar ketiga pendekar aliran hitam sampai hangus menjadi abu.Ki Damarjati kemudian mencari Ra

Lindu Aji hanya manggut-manggut sambil memutar otaknya untuk memahami penjelasan Ki Damarjati."Jadi aku harus belajar tenaga dalam juga? Apakah Eyang mau mengajariku?""Semangatmu luar biasa, Lindu. Semoga kelak kau bisa menggantikan Eyang menjaga perdamaian alam ini." Ki Damarjati menggumam dalam hati. Tiba-tiba dia teringat pertemuannya dengan kedua orang tua Lindu Aji ketika sedang bersemedi. Pertapa tua itu pun semakin yakin untuk mengajarkan semua ilmunya kepada cucu angkatnya."Eyang akan mengajarimu tenaga dalam,” ucap Ki Damarjati.Pertapa tua itu lalu menggendong Lindu Aji dan membawanya terbang menuju suatu tempat."Belang, jaga Goa ini!"Ki Damarjati memberi perintah kepada si Belang yang tampak sedang bermalas-malasan di atas batu besar.Arrrrggh!Harimau sebesar sapi dewasa itu hanya menggeram pelan.Awal terbang membuat Lindu Aji ketakutan. Dia menutup kedua matanya dengan tangan. Tapi setelah eyangnya memberi keyakinan bahwa dia akan baik-baik saja, Lindu Aji pun akhir

Penguasa kerajaan Pamenang itu bergegas menuju aula dan langsung menghormat di depan Ki Damarjati. Meski seorang raja, tapi baginya Ki Damarjati memiliki pengaruh lebih dari pada dirinya. Terutama di dunia persilatan."Kapan Eyang Guru datang?"tanya Raja Suryadana yang terlihat sangat berwibawa dengan jubah kebesarannya."Baru saja, Paduka. Oh, iya, kenalkan namanya Lindu Aji, dia cucu Eyang," jawab Ki Damarjati seraya mengenalkan Lindu Aji kepada Raja SuryadanaRaja kerajaan Pamenang itu mengernyitkan dahinya. Batinnya bertanya-tanya, sejak kapan Eyang gurunya itu mempunyai cucu. Tidak sekalipun penasihatnya itu bercerita tentang sosok cucu yang sekarang diajaknya.Namun ketika melihat kode yang diberikan eyang gurunya, Raja Suryadana akhirnya paham. Eyang gurunya tidak mau menyinggung tentang Lindu Aji saat ini."Lindu, kau boleh memanggilku Paman Surya, dan untuk beberapa hari ke depan kau menginap di sini saja bersama eyang.""Baik, Paman Surya," jawab Lindu Aji penuh hormat"Eya

Sementara itu, lima orang terlihat berkumpul memutari meja di suatu ruangan di Perguruan Rajawali Putih. Di atas meja depan mereka terhidang buah-buahan serta arak hasil kebun belakang perguruan Rajawali Putih."Ketua, sampai dimana persiapan untuk turnamen nanti?" tanyaWicaksono, ketua Perguruan Seribu Halilintar."Sampai saat ini kami sudah persiapkan tempat untuk bermalam para peserta turnamen beserta rombongannya," jawab tetua Arisutha. Tangannya meraih kendi yang terbuat dari tanah liat berisi arak, dan menuangnya ke dalam gelas dari bambu."Untuk keamanannya bagaimana, Kakang? Aku kuatir ada pergerakan aliran hitam yang tidak kita duga." Senopati Wage ikut menimpali."Untuk keamanan nantinya kita akan dibantu oleh murid-murid perguruan lain. Tentunya dari pihak kerajaan pun akan mengirimkan prajuritnya, bukan?" Tetua Arisutha bertanya balik."Kalau itu sudah pasti, Kakang, Paduka Raja Suryadana memerintahkan untuk mengirimkan 300 pr

Jeritan kesakitan terdengar dari mulut Satriaji setelah tubuhnya menghantam dinding dalam ruangan tersebut. Tubuhnya terasa remuk redam terkena pukulan dan tendangan lawan yang kualitasnya berada jauh di atasnya. Dia pun jatuh lunglai tidak berdaya."Kali ini aku membiarkanmu hidup. Tapi jika aku melihatmu kembali melakukan kejahatan, aku tidak akan segan untuk membunuhmu," ucap Lindu Aji seraya menatap tajam kepada Satriaji yang meringkuk di lantai.Satriaji hanya bisa diam menahan marah. Dia berencana melaporkan hal ini kepada ayahnya yang sekarang berada di Perguruan Rajawali Putih untuk membuat perhitungan kembali.Lindu Aji kemudian menghampiri gadis cantik yang sudah menutupi aset berharganya dengan sobekan pakaiannya."Pakailah bajuku. Setelah ini kembalilah ke rombonganmu."Lindu Aji memberikan baju yang diambil dari bungkusan kain yang tergantung di bahunya, lalu memalingkan mukanya agar gadis tersebut leluasa berganti pakaian.