Ruangan itu mendadak hening. Asap dupa yang mengepul pelan seolah ikut menahan napas bersama kami. Tubuhku membeku dengan jantung berdetak cepat. Aku masih berdiri di sisi ranjang dengan salah satu bayi dalam gendonganku, tubuh mungilnya bergerak ringan, kepalanya kadang miring mencari kehangatan. Suaranya sudah berhenti menangis, hanya sesekali merengek kecil.Di ambang pintu, Ayahku berdiri terpaku. Wajahnya terkejut, kaku, bahkan samar-samar terlihat pucat. Matanya menatapku dengan campuran bingung, takut, dan panik, Dia sudah jelas tak percaya melihatku di sini, di kediaman seorang selir simpanannya yang bahkan orang lain pun tak boleh tahu.Aku mengayun pelan bayi di lenganku, seolah tak peduli pada pandangan itu. Senyum tipis muncul di bibirku, bukan karena bahagia, melainkan untuk menutupi kekacauan yang menggelegak di dadaku.Kehangatan yang kuperoleh dari bayi ini, membuat hatiku sedikit merasa tenang saat menatap wajahnya. Dia …, adalah darah daging ayahku dengan wanita ren
Last Updated : 2025-08-21 Read more