All Chapters of Putra Langit Tak Tertandingi: Chapter 311 - Chapter 320

Debu di medan itu akhirnya mereda, tersapu angin lembut yang berhembus dari arah barat. Di tanah yang hancur berantakan, tampak empat sosok terkapar tak berdaya, si pria tua dan tiga muridnya, dengan pakaian robek, tubuh penuh luka, dan wajah mereka yang sebelumnya sombong kini membeku tanpa bisa berkata apa-apa. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu terdiam. Tidak ada satu pun yang berani bersuara. Bahkan napas pun seolah tertahan. Kaisar Agung Han Ji Yan menatap ke arah gadis kecil itu dengan tatapan nyaris tak percaya. Ia baru saja menyaksikan sesuatu yang seharusnya tidak mungkin dilakukan, bahkan oleh dirinya sendiri dalam kondisi puncak dengan kekuatan penuh. Sebelumnya, dia dan dua kaisar lainnya menghabiskan waktu setengah hari untuk bertarung seimbang dengan tiga orang itu tanpa campur tangan si pria tua. Namun, tepat saat pria tua itu turun tangan, kondisinya langsung kritis bahkan mereka hampir terbunuh. “A… apa yang barusan terjadi?” gumam Xuanyuan Di, suaranya ge

Beberapa jam kemudian, setelah menempuh perjalanan panjang dengan kecepatan penuh, enam sosok itu akhirnya tiba di gerbang utama Sekte Putra Langit. Angin malam berdesir lembut di sekitar pegunungan suci yang mengitari sekte, namun aura luar biasa yang menyelimuti rombongan itu membuat para penjaga segera berlutut dan memberi hormat tanpa berani mengangkat kepala. Di antara mereka, satu sosok tampak paling mencolok: seorang pria tua dengan jubah robek dan wajah pucat, berjalan dengan langkah gontai sambil menggendong dua pemuda tak sadarkan diri di kedua bahunya. Luka dalam yang ia derita belum sepenuhnya pulih meski telah menelan pil pemulihan tingkat tujuh dari Tian Yian. Para penjaga gerbang segera menyambut dengan penuh hormat. “Selamat datang, Tuan Muda Tian Yuan, Nona Muda Tian Yian, dan kedua Jenderal Abadi!” Suara mereka serempak, menggema di sepanjang halaman luas di depan gerbang utama. Tian Yuan mengangguk singkat. “Kami akan langsung menuju aula utama. Sampaikan kabar

Langit di atas Sekte Putra Langit pagi itu berwarna keperakan lembut. Udara membawa aroma spiritual yang tenang, namun di dalam aula utama, suasana justru terasa berat.Tian Fan duduk di singgasana tertinggi. Di sisi kanan dan kirinya duduk dua jenderal abadi yang baru saja diangkat, sementara di depan mereka, seluruh anggota sekte telah berkumpul dengan rapi.Kelima murid langsung Tian Fan kini berdiri di barisan depan: Wu Lin Jia, Bao Zhang, Bai Guan Xing, Bao Jie, dan Ling Wu. Lima nama itu telah menjadi legenda besar di seluruh Benua Luo Yue. Kini mereka resmi menjadi penatua sekte, bergabung dengan empat penatua agung: Shu Tian Dao, Yu Lie Shan, Gu Shin Tian, dan Jiang Lian Nie.Selain itu, para murid senior dari empat paviliun besar juga telah diangkat menjadi master di bawah bendera Sekte Putra Langit. Mereka adalah Ram Shi, Han Xiao, Duan Ming, Sam Shi, Fei Rong, Qian Ya, Tam Shi, Zian Yi, Mei Zhu, Yam Shi, Li Zhi, dan Lu Jian.Di halaman luar, lebih dari sepuluh ribu murid be

Setengah bulan telah berlalu sejak keberangkatan mereka dari Benua Luo Yue. Batu Bintang Langit, artefak ruang milik Tian Fan, kini meluncur lembut menembus formasi pertahanan bagian barat Benua Xueliang. Zuge Xian menatap hamparan salju abadi di bawah mereka dengan rasa takjub. Dulu, ketika ia masih menggunakan artefak terbang miliknya sendiri, perjalanan dari Luo Yue menuju Xueliang memakan waktu sepuluh bulan penuh. Namun kali ini, Batu Bintang Langit hanya membutuhkan waktu setengah bulan saja. Itu artinya kecepatannya dua puluh kali lipat dari artefak terbaik yang pernah ia miliki. Perasaan kagum itu membuatnya semakin yakin bahwa keputusannya untuk melayani keluarga Tian adalah keputusan terbaik dalam hidupnya. Zuge Xian menunduk hormat. “Permisi, Tuan. Jika Anda berkenan, saya akan membawa Anda ke kediaman keluarga Zuge. Hanya saja... saya tidak tahu pasti bagaimana kondisi keluarga saya setelah sekian lama saya pergi.” Tian Fan mengangguk pelan. “Sebelumnya aku tidak mende

Salju turun perlahan di langit barat Benua Xueliang saat Tian Fan, Shan Ceng, Jing Wuji, dan Zuge Xian tiba di lembah tertutup es. Di depan mereka terbentang dataran putih membeku, dikelilingi gunung-gunung biru keperakan yang menjulang sunyi.Di tengah lembah itu berdiri sebuah monumen batu raksasa berbentuk prisma, memancarkan cahaya biru pucat dari celah-celahnya. Udara di sekitarnya membeku begitu pekat hingga napas pun tampak membatu di udara.Zuge Xian menunduk dalam-dalam.“Tuan... inilah tempat suci keluarga kami. Segel Barat Kuno. Di dalamnya tersimpan makam leluhur kami sekaligus seluruh warisan keluarga Zuge.”Tian Fan menatap dinding es raksasa di depan mereka. Permukaannya dipenuhi simbol-simbol kuno dan formasi spiritual yang berputar perlahan, seperti jantung dunia yang masih berdetak di bawah lapisan beku.“Indah sekaligus berbahaya,” ujar Jing Wuji pelan. “Aku bisa merasakan tekanan dinginnya bahkan dari luar segel ini.”Zuge Xian mengangguk.“Kami hanya bisa mengakse