Semua Bab Suami Perkasa: Bab 11 - Bab 20

Carlos akhirnya menikahi Livia, si atlet sekaligus pelatih gym yang dikenal dengan reputasinya sebagai perempuan tangguh. Ia bukan hanya punya stamina yang luar biasa, tapi juga karakter yang keras dan disiplin—dua hal yang justru membuat Carlos terpikat. Livia bukan tipe perempuan yang mudah takluk, dan mungkin itulah yang membuat Carlos merasa kali ini ia benar-benar menemukan pasangan tanding yang sepadan.Pernikahan mereka sama mewahnya dengan pernikahan Carlos sebelumnya. Acara digelar di sebuah resor mewah tepi pantai, dengan dekorasi tropis, kursi berbalut kain linen putih, dan bunga anggrek menggantung di sepanjang altar. Laut menjadi saksi, ombak mengalun lembut, seolah menyambut pernikahan ini dengan berkah alam.Keira dan Ruby hadir dengan gaun elegan yang dirancang khusus untuk acara ini. Mereka duduk berdampingan di barisan depan, wajah mereka tampak netral, tapi tatapan mata menyimpan berbagai lapisan rasa: nostalgia, geli, dan mungkin sedikit penasaran.Carlos berdiri t

Carlos menatap dirinya di cermin untuk yang kesekian kali. Ia memastikan rambutnya tetap tertata rapi, jas mahal yang membalut tubuh kekarnya tidak ada lipatan, dan dasinya simetris sempurna. Senyum khasnya—yang dulu sering diejek Sukma karena gigi depannya sedikit maju—kini sudah tidak lagi jadi bahan tertawaan. "Aku udah punya tiga istri,eh tapi malah disuruh nyari lagi," gumamnya sambil membetulkan kerah. Suaranya terdengar geli sekaligus lelah. Di sudut ruangan, Dimitri sahabat karibnya,duduk santai di sofa berlapis beludru sambil menyeruput kopi. Ia hanya menggeleng pelan melihat tingkah sahabat lamanya. "Carlos, aku tahu kamu pria perkasa dan daya tahanmu kayak kuda balap, tapi jangan sampai gagal paham. Ini bukan soal ego. Ini soal... stabilitas keluarga. Dinamika rumah tangga kamu itu udah kayak sinetron harem." Carlos menatap sahabatnya tajam, mata menyipit seperti hendak menyelidik. "Kamu ngomong kayak motivator keluarga bahagia. Padahal istrimu cuma satu. Jangan sok tah

Carlos mengira hidup dengan empat istri akan penuh dengan drama berebut perhatian dan uang. Nyatanya, uang bukan masalah. Mereka semua hidup mewah, punya rumah sendiri, mobil mahal, perhiasan, dan bisa beli apa saja yang mereka mau. Masalah sebenarnya? Jadwal.Suatu hari, Keira duduk di ruang tamu rumahnya sambil menyeruput teh. Di hadapannya, Ruby sudah berkacak pinggang dengan ekspresi kesal."Aku gak bisa tukar jadwal malam ini, Keira. Aku capek banget. Kenapa gak Larisa aja yang tukar?" Ruby mengeluh.Keira mengangkat alis. "Larisa lagi ada proyek penting, dia sibuk. Lagipula, kamu baru dapat libur dua hari setelah cuti hamil. Masa gak bisa ganti sebentar?"Ruby cemberut. "Aku kan masih adaptasi! Kamu tahu kan kalau aku baru balik jadwal setelah nifas?"Keira menghela napas. "Makanya, aku kasih jadwal lebih ringan. Tapi kalau semua gak mau tukar, Carlos mau tidur di mana?"Tiba-tiba, Livia muncul dari dapur sambil membawa es krim. "Aku sih gak masalah kalau Carlos mau istirahat di

Sukma melipat tangannya di depan dada sambil menatap Dimitri dengan tajam. Mereka sedang duduk di ruang keluarga, dan wajah Sukma benar-benar penuh kecurigaan. Dimitri, yang baru saja melepas dasinya, mengerutkan kening bingung. "Aduh apa lagi ini?"tanyanya. Sukma mendengus. "Aku perhatiin akhir-akhir ini kamu sering banget nongkrong sama Carlos. Jangan-jangan kamu mulai terpengaruh pola hidupnya?" Dimitri menaikkan alis. "Pola hidup yang mana?" "Ya, jelas! Poligami!"Sukma menunjuk wajah suaminya dengan waspada. "Jangan sampai aku lihat kamu mulai tertarik buat ikut-ikutan, Dim. Aku nggak segan-segan nyuruh kamu tidur di kandang kambing kalau sampai ada niat aneh-aneh itu!" Dimitri terkekeh, lalu mendekati Sukma yang masih melipat tangan dengan curiga. "Sayang, kamu pikir aku ini Carlos?" "Carlos dulu juga awalnya nggak ada niat poligami! Tapi liat sekarang, empat istri! Empat, Dim! Jangan-jangan nanti kamu juga mulai bilang ‘Aku tuh terlalu kaya,aku perkasa, aku harus berbagi

Hening sesaat. Dimitri menggenggam bunga lily putih. "Ngomong-ngomong," katanya tiba-tiba, mengalihkan suasana, "Axel... mantan suamimu... dia sudah menikah lagi." Luna diam. Ekspresinya kaku. "Dengan Dita?" tanyanya datar. "Iya Dita." Dimitri menatap langsung ke matanya. " Aku yang sengaja pertemukan mereka. Suruh Dita merayu Axel supaya dia meninggalkanmu." Luna mengangguk pelan. Hatinya tercekat, tapi ia sudah tak bisa merasa hancur lagi. Sudah habis air matanya sejak lama, sejak Dimitri dan semua kepura-puraannya. "Kau atur semuanya, ya?" katanya pelan. "Axel jadi penyanyi karena kamu, karena aku minta waktu itu. Sekarang kamu buat dia jatuh cinta sama perempuan yang kamu kendalikan." "Ini bukan tentang kendali, Luna," desis Dimitri. "Ini tentang posisi. Aku tahu siapa yang cocok untuk siapa. Aku tahu siapa yang harus pergi... dan siapa yang seharusnya tetap tinggal." Luna membeku. "Bukankah kamu juga tahu siapa yang seharusnya tidak pernah kamu lepaskan dulu?" tanya Dim