Elina berdiri di depan pintu kaca klinik. napasnya tercekat. Hatinya dipenuhi rasa waswas—bayangan pijat kemarin, tangan pria yang menyentuhnya, dan rasa rentan yang masih membekas—membuat tubuhnya menegang. Ia tahu prosedur ini aman, profesional, dan tidak menyakitkan, kata Mariana beberapa menit lalu. Tapi ketakutan itu tak mau hilang begitu saja. Tangannya menggenggam tas erat, seolah itu satu-satunya jangkar yang menahan dirinya agar tidak mundur. Kaki Elina tetap maju, mengikuti Mariana yang melangkah dengan tenang di depannya. “Ayo, Lin. Aku di sini, aman kok,” bisik Mariana, senyumnya persuasif, membaca setiap keraguan di kepala Elina. Tapi alih-alih menenangkan, senyum itu justru membuat jantung Elina berdebar lebih kencang. Ada rasa takut yang aneh: jika prosedur salah, jika dokter itu menyentuhnya dengan cara yang tidak seharusnya… pikirannya melayang ke hal-hal terburuk. Di ruang tunggu, seorang perempuan keluar dari bilik. Wajahnya memerah, langkahnya pincang, seseka
Terakhir Diperbarui : 2025-09-24 Baca selengkapnya