“Hanif, mungkin kamu bakal nyalahin aku. Tapi, jujur, aku nggak pernah benar-benar dikasih pilihan.” Suara May lirih dengan kepala tertunduk dalam, seperti ingin menyembunyikan gejolak yang berdesakan di dada.“Kamu nggak perlu takut. Aku percaya sama kamu. Apa pun yang kamu bilang, apa pun yang kamu lakuin, asal kamu jujur sama aku, aku bakal ada di pihakmu.”May mengangkat wajah perlahan, matanya bergetar menatap Hanif. Ada rasa takut sekaligus lega ketika mendengar jawaban itu. Kata-kata Hanif terdengar tulus, tapi di dalam dirinya, May masih dihantui ketidakpastian.Napas tercekat, gadis itu berusaha menguatkan diri. Sejenak, dia ingin percaya bahwa setidaknya satu orang berdiri di sisinya tanpa syarat. Namun, bayangan masa lalu dan tatapan orang-orang di sekitar membuat dadanya tetap sesak. Seakan kepercayaan itu hadiah indah, tapi juga beban yang berat untuk digenggam.“Udah, nggak apa-apa. Kita pulang dulu, ya?” Suara Hanif terdengar pelan, seperti takut menambah beban di hati
Terakhir Diperbarui : 2025-08-17 Baca selengkapnya