Sienna menatap pria itu, dan untuk sesaat, dunia seperti berhenti berputar. Jantungnya seolah terjatuh ke perut. Butuh waktu beberapa detik baginya untuk benar-benar yakin bahwa penglihatannya tidak menipunya.“Arel?” gumamnya serak.Pria itu tersenyum lebar, dan entah bagaimana, senyumnya masih sama—ramah, hangat, dan mengusik masa lalu yang telah ia kubur rapat-rapat.“Masih mengingatku rupanya,” ucap Arel pelan.Sienna membeku di tempat.Sebastian tak berkata apa-apa, hanya membiarkan pandangannya berpindah dari satu wajah ke wajah lain. Diamnya cukup bicara.“Kau... sejak kapan kau di New York?” tanya Sienna, terdengar ragu.“Baru sore ini. Dan kau orang pertama yang ingin kutemui.” Arel melirik sekilas ke arah Sebastian, lalu kembali fokus pada Sienna. “Boleh kita bicara sebentar?” tanyanya tenang. “Berdua saja.”Sienna sempat melirik Sebastian sejenak, seperti menimbang. Tapi lalu ia mengangguk. “Ikut aku,” katanya, lalu berbalik dan melangkah menuju ruangannya.Arel mengikutiny
Terakhir Diperbarui : 2025-07-11 Baca selengkapnya