Sienna tetap berdiri di tempatnya, tubuhnya kaku seolah dunia berhenti berputar. Kata-kata Sebastian menggema di ruangan yang hening.Sebastian melangkah masuk. Satu langkah, dua langkah—tanpa permisi, tanpa aba-aba, tapi dengan tatapan yang tak bisa disangkal bahwa ia menuntut jawaban.Sienna menelan ludah. Napasnya tersendat. Tangannya nyaris terangkat untuk merebut Joseph dari pelukan pria itu, tapi tak jadi.Joseph menoleh ke arah ibunya sambil berseru ceria, “Mommy, aku sudah bilang ‘kan? Aku tahu Daddy akan datang.”Sebastian menunduk sedikit, menatap wajah kecil itu lagi, lalu kembali menatap wanita di hadapannya.“Kenapa, Sienna?” tanyanya lirih dan menusuk. “Kenapa kau pergi?”Sienna menahan napas. Tenggorokannya tercekat. Pandangannya melesak ke mata pria itu—mata yang dulu penuh siasat, penuh kendali, tapi kini hanya menyimpan luka.“Kau pikir aku pergi tanpa alasan?” bisik Sienna getir, matanya tetap menatap Sebastian. “Aku tidak pergi karena aku ingin. Aku pergi karena ak
Terakhir Diperbarui : 2025-06-29 Baca selengkapnya