"Mmm...Rein, sorry. Aku ngantuk," bohong Maureen setelah beberapa saat terdiam. "Oh, baiklah. Tidur yang nyenyak, Reen," ucap Reinner tanpa memaksa. Meski curiga kalau pertemuan Maureen dan Erland tidak lancar, dia tidak mau memaksa. Dari dulu Maureen bukan tipe orang yang mudah bercerita. "Thanks sudah mengerti aku, Rein," jawab Maureen lega. Dia tidak ingin teman terbaiknya itu ikut kepikiran. Selain itu, masalah yang dia hadapi adalah masalah rumah tangga. Tidak elok diumbar. "Senyamanmu saja, Reen. Kalau butuh telinga, aku siap mendengarmu kapan pun. Okay?" balas Reinner ringan. "Aku tutup teleponnya ya, Rein," pamit Maureen. "Silahkan, Reen," jawab Reinner kalem. Dan, Maureen pun mematikan teleponnya. Menghela napas, Maureen berbaring sambil menggenggam ponsel di depan dadanya. Dia menarik napas panjang, otaknya memerintah untuk tidur, tapi matanya tidak kunjung terpejam. Pikirannya melayang pada pembicaraan rombongan perempuan muda di lift tadi. Hatinya kembali terasa pana
Huling Na-update : 2025-09-26 Magbasa pa