Mobil Reinner berhenti di tepi jalan kecil yang lengang. Dari jauh, bukit hijau menjulang dengan sebuah pohon besar di puncaknya. Dia mematikan mesin, lalu menoleh pada Maureen. “Ayo turun,” katanya singkat. Maureen menatap keluar jendela. Wajahnya kusut, mata sembab akibat tangisan yang tak lagi bisa dihitung. “Rein, kita ke mana?” Reinner hanya tersenyum samar, lalu turun dari mobil. “Kita menunggu disini. Pemandangannya indah. Kamu pasti suka.” Dengan langkah ragu, Maureen mengikuti Reinner. Pohon-pohon tinggi berjajar, jalan tanah yang tidak rata membuat napas Maureen sedikit memburu. Reinner pun menyesuaikan langkahnya dengannya. Tangannya terulur, lalu menggandeng Maureen supaya gadis itu tak tertinggal. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di bawah sebuah pohon besar. Dahan-dahannya rindang, memberi teduh alami. Dari sana, hamparan langit terlihat luas tanpa terhalang gedung. Reinner membuka gulungan karpet kecil dari bagasi, lalu menggelarnya di atas rumput hijau. “Dud
Last Updated : 2025-09-21 Read more