Sudah beberapa hari sejak pertemuan itu. Sejak saat itu pula, Rafael nyaris selalu ada di sekitar Gladys — mengantar, menemani, bahkan menelpon hanya untuk memastikan ia makan tepat waktu. Perhatiannya begitu tulus di permukaan, tapi di dada Gladys justru tumbuh rasa gelisah yang sulit ia jelaskan.Ia duduk di meja kerjanya, memandangi tumpukan berkas hasil investigasi yang diberikan Rafael. Entah kenapa, semakin ia baca, semakin terasa janggal. Semua dokumen itu tampak terlalu rapi.Seakan-akan disusun untuk mengarahkan pikirannya ke satu kesimpulan tertentu.Gladys menyandarkan tubuh di kursi, menutup mata. Dalam keheningan malam, ia kembali mendengar suara lembut Rafael di telinganya — suara yang dulu membuatnya percaya, namun kini justru membuat bulu kuduknya meremang.“Aku di pihakmu, Gladys. Selalu.”Kata-kata itu terdengar begitu manis, menenangkan untuk jiwa yang sedang retak, tapi di baliknya, Gladys merasakan sesuatu yang tak bisa ia uraikan. Ada sesuatu yang salah. Ia tahu
Last Updated : 2025-10-10 Read more