Langkah Gladys terdengar menggema di ruang sidang yang dingin. Setiap detik terasa panjang, setiap helaan napas terdengar berat. Ia duduk di kursi saksi dengan tangan menggenggam erat, menatap ke arah hakim dengan sorot mata tenang—tenang yang menipu. Di baliknya, jantungnya berdegup sekeras dentuman palu sidang.Tyo duduk beberapa meter darinya, wajahnya pucat, namun ada sorot harapan di matanya. Tatapan itu yang membuat Gladys bertahan. Ia menegakkan punggung, mencoba tidak menoleh ke arah Rafael yang kini duduk di kursi terdakwa, mengenakan pakaian tahanan oranye yang kontras mencolok di antara jas para pengacara. Tatapan Rafael dingin, tajam, menusuk seolah ingin menelanjangi pikirannya.Hakim memberi isyarat kepada pengacara Tyo untuk mulai bertanya.“Saudari Gladys,” ucap pengacara Tyo dengan tenang, “kami ingin memastikan kembali, di malam kejadian, apakah benar Saudara Bramantyo berada bersama Anda?”Gladys mengangguk, berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil. “Benar, Yang
Last Updated : 2025-10-13 Read more