Sementara Galtero masih menunggui Sofia di rumah sakit, pria itu tidak bisa meninggalkan wanitanya. Di sisi lain, Isabel duduk di sebuah kafe kecil yang ada di lobi Noxea, memilih tempat paling pojok dan membelakangi meja resepsionis. Mantelnya tebal, riasannya pun lebih tebal lagi, semua demi tidak dikenali. Dia tidak langsung menemui resepsionis untuk memberitahu Nicolas tentang keberadaannya di Madrid. Isabel melirik jam tangan. “Jam berapa dia masuk kantor?” kesalnya. Hampir dua jam menunggu, kedatangan Nicolas tak kunjung terlihat. Dia waspada, sesekali melirik pintu utama. Yakin bahwa anak buah Galtero sedang memburunya. Bosan, lapar, dan ingin ke toilet, Isabel tetap bertahan. Dia menggoyangkan kaki, mencoba menahan rasa ingin buang air kecil. “Sial, Nico. Aku jadi seperti ini gara-gara kamu,” dengkusnya dengan nada sinis. Begitu mobil Nicolas memasuki area drop-off, para staf bergegas berjajar untuk menyambut CEO mereka. Saat itu juga Isabel hendak berdiri, tetapi kej
Last Updated : 2025-08-09 Read more