Hujan turun deras sejak sore, membasahi jendela kamar Nayla yang mulai berembun. Gadis itu duduk di sudut ranjangnya, menatap kosong ke arah lemari tua di sudut ruangan. Suara tawa dari lantai bawah terdengar samar, tapi cukup jelas untuk membuat hatinya kembali perih.Itu suara Vania—anak tiri ibu tirinya, yang sejak datang dua tahun lalu telah mengubah segalanya. Ayah Nayla, Pak Darmawan, yang dulu hangat dan penuh perhatian, kini hampir tak pernah menatap mata putrinya sendiri. Semua senyum dan kasih yang dulu untuk Nayla, kini seakan milik Vania seorang."Nayla!" teriak sebuah suara dari bawah. Ibu tirinya, Bu Rika.Tanpa semangat, Nayla bangkit dari tempat tidur dan turun. Di dapur, ia menemukan Vania duduk di meja makan sambil tersenyum manis, sementara ibunya berdiri dengan tangan di pinggang."Kamu belum cuci piring makan malam, kan? Tadi Vania udah bantu masak, masa kamu nggak ada kontribusinya?" kata Bu Rika tajam.Nayla hanya menunduk. “Maaf, Bu. Aku—aku tadi belum turun.”
Last Updated : 2025-06-04 Read more