Hari-hari di rumah Tian berjalan lambat. Seolah waktu ikut melambat, mengikuti langkah Andara yang belum sepenuhnya pulih, baik fisik maupun mentalnya.Setiap pagi Tian selalu bangun lebih dulu. Membuatkan teh manis dan bubur sederhana atau mie instan. Andara selalu mendapati dapur dalam keadaan bersih dan harum, dengan sepotong roti di atas piring kecil dan secangkir teh di sebelahnya.“Pagi, Ra,” sapa Tian setiap kali melihat Andara keluar kamar.“Pagi juga,” jawab Andara pelan.Tian tidak banyak bertanya. Ia tidak pernah mendesak Andara untuk bercerita, tidak memaksanya bangkit lebih cepat dari luka. Tapi kehadirannya, dengan kemeja yang belum disetrika sempurna, dan rambut sedikit acak-acakan, selalu membuat pagi Andara terasa sedikit lebih ringan.Pada hari keenam, Andara berkata lirih, “Aku pengin bantu bersihin rumah, Yan.”“Nggak usah, Ra. Kamu istirahat aja, kamu belum pulih betul," tolak Tian.“Tapi aku nggak bisa terus-terusan diam. Aku bosan. Aku udah baikan kok. Aku nggak
Last Updated : 2025-07-04 Read more