Lahat ng Kabanata ng Nikah Kilat: Terjebak Pesona Tuan Muda Posesif: Kabanata 11 - Kabanata 20

Alina meregangkan otot-ototnya saat duduk santai di ruang tamu, setelah seharian sibuk dengan berbagai aktivitas.Meski terlihat sepele seperti menulis motivasi, mencatat pengeluaran dan kebutuhan rumah tangga, serta membuat rancangan menu bulanan, semuanya ternyata menguras pikirannya.Belum lagi ia harus menyiram puluhan tanaman di taman belakang dan memberi makan si Nugget.Masih ada dua tugas yang belum sempat ia selesaikan: minum susu dan yoga. Namun, keduanya bisa ditunda.“Nyonya, ini air putihnya,” ujar Belinda lembut. Ia datang membawa nampan kecil dengan satu gelas tinggi, lalu meletakkannya hati-hati di meja depan Alina.“Terima kasih, Bi,” sahut Alina singkat. Tanpa menunggu lama, ia langsung mengambil gelas itu dan meneguknya hingga setengah isinya habis.Belinda menatapnya dengan raut khawatir. “Apakah Nyonya merasa kelelahan?”Alina tersenyum kecil, mencoba menenangkan. “Bibi tenang saja. Aku sudah terbiasa melakukan banyak hal sendiri. Menyiram tanaman saja tidak akan

Beberapa jam setelah Gallen berangkat kerja, suasana rumah kembali hening.Di dapur, Alina tersenyum puas saat satu panci besar berisi sup daging matang dengan sempurna. Aroma kaldu menguar ke segala penjuru ruangan.Dulu, ada ayah, ibu, Aluna, dan tetangga yang bisa ikut menyantap sup ini. Tapi di rumah besar ini, hanya ada dirinya sendiri. Belinda dan Andreas mungkin hanya akan mengurangi sedikit porsi.Gallen belakangan ini selalu berangkat sebelum matahari terbit dan pulang larut malam. Ia jarang sekali makan di rumah. Entah apa yang membuat lelaki itu begitu sibuk.“Sup daging buatan Nyonya harum sekali. Sampai tercium dari luar,” suara Belinda muncul bersamaan dengan langkahnya memasuki dapur, membawa sehelai lap

“Untuk apa kamu bertanya tentang dia?” Sorot mata sang ibu yang semula tenang langsung menajam. Ia meraih sendok di depannya dan mulai mengaduk teh dengan gerakan kesal. “Aku hanya ingin tahu… berapa usia kehamilannya dan sudah berapa lama dia berhubungan dengan Rakha?” Alina mencoba menjelaskan maksud hatinya. “Selama kamu berhubungan dengan keluarga Sankara, jangan pernah bawa-bawa nama Aluna!” Nada suara Yasmin berubah tinggi.“Bu—” Belum sempat Alina menyelesaikan kalimatnya, suara denting keras terdengar saat Yasmin menghentakkan sendok ke meja. “Kubilang jangan bahas dia lagi! Kamu tuli, hah?!”Wajahnya merah padam, amarah jelas terpancar dari

Nampan di tangan Alina nyaris terlepas. Jika Oma benar-benar menginap di rumah ini, bukankah keadaan akan makin rumit? Apalagi hubungan dirinya dan Gallen masih seperti ini, kalau Oma tahu mereka tidur di kamar terpisah, habislah sudah.“Menginap untuk malam ini saja atau bagaimana?” Tatapan tak percaya ia tujukan pada Andreas.Andreas menggeleng ragu. “Sepertinya beberapa hari. Pelayan di kediaman mengatakan Oma membawa sebuah koper dan banyak pakaian. Saya hanya bisa menebak, mungkin sampai Tuan Gallen sembuh.”“Ini bukan hal besar. Rasanya tak perlu sampai menginap berhari-hari, kan?”“Mungkin Oma hanya khawatir. Apalagi Nyonya sedang hamil, beliau takut Nyonya kelelahan mengurus Tuan,” jawab Andreas hati-hati.Tubuh Alina berputar, matanya menatap Gallen yang tengah memijat pangkal hidungnya. Pria itu tetap tenang, jauh lebih kalem dibanding dirinya yang mulai panik.“Kalau Oma menginap, dia pasti tahu kita tidur terpisah,” gumamnya. “Kamu bisa bicara dengannya? Bilang kalau itu

“Hey, ini semua demi keamanan kita juga, kan?” sanggah Alina tak terima. Lagipula, apa yang Alina katakan memang benar.Gallen tidak menjawab, membuat Alina semakin jengkel. Akhirnya, ia kembali berkata, “Kecuali, ‘Sayang’ panggilan kesayangan untuk mantanmu, harusnya tidak sesulit itu, kan?” Gallen menatapnya tanpa ekspresi. Dengan senyum penuh kemenangan, Alina menyibakkan rambut ke belakang bahunya.“Kamu diam begitu berarti pernah panggil mantanmu 'sayang'?” godanya setengah berbisik, seolah sedang menggali rahasia berharga. Alina mencondongkan tubuhnya lagi. “Kalau mantan bisa dipanggil sayang, masa aku tidak bisa?”Tatapan Gallen makin tajam, tapi t