All Chapters of Nikah Kilat: Terjebak Pesona Tuan Muda Posesif: Chapter 31 - Chapter 40

Pandangan Gallen masih tertuju pada wanita di hadapannya.  Rasa sesak kembali menghimpit dada Alina, menyesakkan hingga ia nyaris tak bisa bernapas. Inilah hari yang paling ia takuti. Dan kini, ia harus menghadapinya, entah siap atau tidak. Namun, bagaimana? Jika dia mengaku entah apa yang akan dilakukan Yasmin pada ayahnya …. “Aku butuh uang.”  Alina akhirnya menjawab pelan.  Gallen menjauh dari jangkauan Alina. Pria itu berdiri membelakanginya menghadap tirai. Satu tangannya di saku celana, sementara tangan yang lain memijat tulang hidungnya.  Alina memalingkan wajah, tak sanggup menatap punggung kokoh pria di depann

Angin malam kembali berembus, menerpa ujung rambut Gallen yang tetap berdiri tegak di bawah cahaya lorong temaram. Bahunya tampak menegang, tapi ia tak menoleh.“Tadi, Nyonya sempat bertanya tentang Tuan,” jelas Belinda barangkali Gallen mengubah keputusannya.“Saya masih punya urusan lain.” Gallen menjawab datar.Tanpa memberi kesempatan pada Belinda untuk berkata lebih jauh, pria itu melangkah pergi. Hanya bayangannya yang tersisa, memanjang di lantai rumah sakit, lalu menghilang bersama keheningan malam.Belinda memandangi punggung itu sampai lenyap dari pandangan. Ia menghela napas panjang, menyimpan tas kain itu erat di pelukannya.Belinda tak tahu harus melakukan apa lagi untuk menghadapi kedua majikannya. Alina yang tampak murung dan Gallen yang diam seribu bahasa.Dengan langkah pelan, Belinda berbalik. Ia menghela napas berat sambil berharap masalah diantara mereka cepat berlalu.Ketika membuka pintu, Belinda sedikit terkejut saat melihat Alina sedang bersandar pada dinding d

Sementara itu...Setibanya di kediaman Sankara, Alina langsung diantar menuju kamar Amarantha. Langkahnya melambat ketika berjalan ke arah pintu terbuka. Di balkon, Amarantha duduk termenung di kursi goyang. Cahaya matahari sore menyorot lembut wajah tuanya yang tampak muram. Di tangannya tergenggam sepasang kaus kaki mungil berwarna putih gading.Hati siapa yang tidak mencelos ketika mendapati pemandangan seperti itu? Hangat kembali menggenang di pelupuk mata Alina. Dadanya seperti dihujani panah bertubi-tubi. Perempuan itu berdiri kaku, menelan napas yang terasa berat di dada. Butuh waktu beberapa detik sebelum ia berani melangkah.“Oma…” pan

“Kamu sungguh berharap saya tidak pulang?”Tatapan Gallen belum juga beralih darinya, membuat Alina menelan ludah berulang kali dengan susah payah. Meski sudah terbiasa dengan sorot matanya yang dingin, Alina tetap saja selalu merinding setiap kali ditatap seperti itu. “Bukan begitu. Andreas bilang, kamu pergi ke kota Dern tiga hari. Aku kira kamu tidak mungkin pulang hari ini,” papar Alina pelan. Namun, Gallen tampaknya tidak tertarik mendengar alasan itu. Ia menegakkan tubuh, lalu melangkah pelan mendekati Alina. “Pergi dari rumah pagi-pagi sekali, lalu menarik uang sepuluh juta...” Gallen menggantung kalimatnya.

Yasmin pergi dengan buru-buru. Bahkan Alina sempat memberinya uang sepuluh juta. Itu artinya, wanita itu pasti pergi menemui seseorang yang penting.Hanya dengan menemukan siapa yang ditemui Yasmin, semua pertanyaan yang selama ini berputar di kepala Gallen mungkin akan menemukan titik temu.***Beberapa hari berikutnya, pasca Alina meminta cerai, kehidupan di rumah Gallen tampak berjalan normal.Setidaknya di permukaan.Tak ada keributan, tak ada perdebatan. Hanya keheningan yang menggantung seperti kabut tipis di antara keduanya. Alina dan Gallen tetap menjalani peran masing-masing, namun hubungan mereka juga tidak lebih baik.Sore itu, Alina duduk di tepi kolam taman belakang, menatap Nugget, si ikan koi albino, yang berenang lincah di antara permukaan air bening. Belinda juga ada di sana sedang memotong beberapa daun tanaman yang menguning."Nyonya tampak tidak bersemangat hari ini, apa Nyonya dan Tuan bertengkar lagi?" tanya Belinda, menoleh sekilas ke arahnya.Alina melemparkan