Pagi itu, Surabaya terasa hangat. Setidaknya bagi ku. Langit tampak bersih, seakan semesta ikut merayakan sesuatu yang penting. Hatiku berdetak cepat saat berdiri di depan bangunan yang berdiri gagah, bersih, dan penuh nuansa putih lembut yang menenangkan. Pramesthi Dental Care. Tulisan itu terpampang sederhana di papan nama yang baru dipasang. Nama itu kupilih bukan karena narsis, tapi karena ayah. Dan kini, karena ibuku. Pak Bambang berdiri di sampingku, tampak sibuk menyambut beberapa tamu undangan. Beberapa dari dinas kesehatan, tokoh masyarakat, bahkan beberapa kepala sekolah yang selama ini menjadi teman bicara dalam beberapa seminar yang kuikuti. “Selamat, Nada,” ujar salah satu ibu kepala puskesmas sambil menyalami. “Akhirnya, mimpimu jadi kenyataan!" Aku membungkuk hormat. “Terima kasih, Bu. Saya cuma ingin sedikit berkontribusi.” Tiba-tiba, dari kejauhan aku melihat Delia datang. Wanita itu berjalan pelan, mengenakan kerudung warna krem dan gamis panjang. Wajahnya
Last Updated : 2025-07-11 Read more