Setelah tangisku mereda, Saka perlahan melepaskan pelukannya. Ia menyeka air mata di pipiku dengan ibu jarinya, sorot matanya masih dipenuhi kekhawatiran. “Sudah lebih tenang?” tanyanya lembut. Aku mengangguk, mencoba menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Ruangan ini, yang seharusnya terasa penuh kebahagiaan, kini diselimuti oleh kesedihan kami berdua. “Ada hal lain yang perlu kamu tahu, Nada,” ujar Saka, suaranya terdengar berat. Ia membimbingku duduk di sofa ruang tamu. Aku menatapnya penuh tanya, firasatku tidak enak. Saka menghela napas panjang sebelum melanjutkan, “Danar datang menemuiku di rumah sakit kemarin.” Mataku membelalak. Degup jantungku langsung berpacu. Mas Danar? Untuk apa dia menemui Saka? Rasa khawatir dan bingung mencampur aduk dalam benakku. “Dia… dia bilang apa?” tanyaku, suaraku nyaris tak terdengar. Saka menatapku lurus, ekspresinya serius. “Dia memintaku untuk menjauhimu, Nada.” Aku terdiam, mencerna kata-kata Saka. Mas Danar datang un
Last Updated : 2025-07-23 Read more