Kata-kata Pak Eko terus terngiang di benakku, berputar-putar tak henti seperti rekaman film. "Ayahmu... dibunuh." Kenyataan pahit itu seperti bongkahan es yang membekukan darahku. Aku berusaha keras untuk menjalani hari-hari seperti biasa, bersembunyi di balik rutinitas demi menenangkan badai dalam diri. Klinik lagi-lagi menjadi pelarianku. Di sana, aku bisa fokus pada pasien, mengalihkan pikiranku dari beban berat yang menindih. Namun, sepulang kerja, kegelisahan itu kembali merayap. Kamar kerja ayah, yang dulu terasa sakral dan penuh kenangan, kini seperti labirin misteri. Aku sering menghabiskan waktu di sana, membolak-balik buku-buku lama, memeriksa laci-laci meja, berharap menemukan petunjuk tersembunyi. Setiap coretan di buku catatan, setiap slip kertas yang kadang terasa penting. Aku mencari tahu, apa yang membuat ayahku, sosok yang damai dan tak punya musuh, menjadi target pembunuhan? Mataku juga tak lepas dari Ibu, Rahmawati. Kecurigaan yang tak beralasa
Last Updated : 2025-07-19 Read more