Share

53. Aku Ingin Menyerah

Penulis: Banyu Biru
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-22 16:45:49

Aku tak lagi bersemangat setibanya di klinik. Segera kuminta para pekerja untuk pulang meski belum waktunya jam pulang dan menutup pintu klinik rapat-rapat. Karena aku tak ingin ada yang masuk saat aku sendirian. Menikmati sakit yang tak bisa kutumpahkan.

Aku beranjak menghampiri saat kulihat mobil Saka mendekat Aku tersenyum meski tetap tak bisa kusembunyikan lagi rasa lelahku.

Saka keluar dari mobil, membukakan pintu deoan dan menatapku dengan sorot mata penuh tanya. “Kamu nggak apa-apa?” Aku hanya mengangguk pelan, lalu masuk ke mobil tanpa banyak bicara. Saka tahu, jika aku diam seperti ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar lelah.

"Tumben gak nunggu di dalam!" Aku hanya menggeleng. Bagiku, lebih baik melihat keramaian lalu lalang orang dari pada berdiam sendirian di dalam.

Di mobil, suasana kembali hening. Hanya suara AC yang mengisi sela-sela kesunyian. Tanganku menggenggam tas kecil di pangkuan. Aku bisa merasakan tatapan Saka dari samping, tapi ia tak memaksaku bicara. I
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   53. Aku Ingin Menyerah

    Aku tak lagi bersemangat setibanya di klinik. Segera kuminta para pekerja untuk pulang meski belum waktunya jam pulang dan menutup pintu klinik rapat-rapat. Karena aku tak ingin ada yang masuk saat aku sendirian. Menikmati sakit yang tak bisa kutumpahkan. Aku beranjak menghampiri saat kulihat mobil Saka mendekat Aku tersenyum meski tetap tak bisa kusembunyikan lagi rasa lelahku. Saka keluar dari mobil, membukakan pintu deoan dan menatapku dengan sorot mata penuh tanya. “Kamu nggak apa-apa?” Aku hanya mengangguk pelan, lalu masuk ke mobil tanpa banyak bicara. Saka tahu, jika aku diam seperti ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar lelah."Tumben gak nunggu di dalam!" Aku hanya menggeleng. Bagiku, lebih baik melihat keramaian lalu lalang orang dari pada berdiam sendirian di dalam. Di mobil, suasana kembali hening. Hanya suara AC yang mengisi sela-sela kesunyian. Tanganku menggenggam tas kecil di pangkuan. Aku bisa merasakan tatapan Saka dari samping, tapi ia tak memaksaku bicara. I

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   52. Hati yang Dilema

    Aku melepas seat belt dan berniat untuk turun dari mobil Saka. Sejak menikah, aku dan Saka memang belum tinggal satu rumah meskipun Saka selalu rajin untuk antar dan jemput beberapa hari ini. Tak ada romantis gaya anak muda, yang ada hanya tanggung jawab dan rasa ingin melakukan yang terbaik yang di bisa. "Aku jemput nanti pulangnya!" "Hem!" Aku hanya mengangguk lalu mencium pipinya sesaat. Saka tersenyum. "Kenapa?" Tanyaku curiga. "Harusnya bisa lebih dari ini!" Katanya merajuk. "Anggap saja kita lagi pacaran, halal!" Godaku. "Udah, sana! Nanti telat!" Usirku. Saka mengedipkan sebelah mata lalu melajukan mobilnya setelah aku turun. Hari ini, ada pemeriksaan rutin beberapa SD, tentu saja aku kewalahan itu sebabnya aku meminta Saka untuk mengirimkan tenaga bantuan dari rumah sakitnya. Untungnya tak sampai sore, semua telah selesai. Aku baru saja melepas jas putih, mencuci tangan, lalu menyandarkan tubuh sejenak di kursi kerja sambil menikmati alunan musik santai

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   51. Ancaman Delia

    Beberapa hari setelah pernikahan, aku dan Saka sepakat untuk mengunjungi Delia di rumah sakit seperti biasanya. Menepati janji untuk selalu menemaninya ketika terapi. Bau antiseptik seketika memenuhi hidung saat kami memasuki lorong lantai tiga. Saka menggenggam tanganku erat. Terus terang, aku memang butuh dikuatkan. Aku tahu bagaimana sakitnya diduakan dan aku tak mau Delia ikut merasakannya. Dan satu hal yang aku tak pernah membayangkan jika harus kembali mengunjungi Delia dalam situasi serumit ini. Aku yang kini menjadi stri sah Saka, harus mendampingi suamiku menemui perempuan yang juga mencintainya… yang sedang sakit dan masih berharap bahwa suatu hari Saka akan menjadi miliknya. Aku menunduk, menarik napas panjang. Saka mengetuk pintu ruangan dengan sedikit ragu. Dari dalam terdengar suara lemah yang akrab. “Masuk…” Saka mendorong pintu perlahan dan membiarkanku untuk masuk terlebih dulu. Di atas ranjang bersandar tubuh Delia yang jauh lebih kurus dari terakhir aku me

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   50. Janji Saka

    "Nada," ucapnya pelan, setelah beberapa menit kami saling diam. "Aku tahu waktunya mungkin belum tepat. Tapi kejadian kemaren membuatku sedikit berpikir. Apa lagi masa iddahmu telah selesai, dan aku tak ingin membiarkanmu terus menerus dalam ancaman Danar!" Saka meremas kedua tangannya. Aku menoleh, menatapnya lekat-lekat. Di balik mata beningnya, aku melihat ketulusan yang tak bisa dipalsukan. "Aku ingin menikahimu, secepatnya," lanjutnya, suaranya mantap namun penuh rasa hormat. "Tentu jika kamu sudah siap. Tapi aku serius, Nad. Aku tidak ingin menunda-nunda lagi. Kita harus segera meresmikannya!" Aku memejamkan mata sejenak, mengatur napas. Entah mengapa, tidak ada ketakutan dalam hatiku saat mendengar kata-kata itu. Justru ketenangan. "Baiklah," jawabku akhirnya, pelan namun pasti. "Tapi… aku tidak ingin pesta. Tidak ingin keramaian. Aku hanya ingin pernikahan kita sah!" Saka mengangguk penuh pengertian. "Aku setuju. Kita jaga semuanya tetap sederhana. Tanpa hingar bin

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   49. Bujukan yang Tak Mempan

    Beberapa hari setelah insiden di pusat perbelanjaan, aku kembali beraktivitas di klinik. Namun, ada yang berbeda. Setiap kali berinteraksi dengan warga sekitar klinik, aku merasa was-was. Aku mencoba memindai setiap wajah, mencari jejak kemarahan atau kebencian yang sama seperti malam saat Saka dan aku difitnah. Anehnya, tak ada. Wajah-wajah mereka tampak biasa saja, bahkan ada yang tersenyum ramah seperti tak pernah terjadi apa-apa. "Apa kabar, Bu Dokter?" sapa seorang ibu paruh saat aku membuka pintu pagar lebih awal dari biasanya. Senyumnya tulus, matanya ramah. Aku membalas senyumannya, namun dalam hati bertanya-tanya, apakah mereka tahu? Atau apakah mereka memang tidak terlibat dan hanya termakan provokasi? "Baik, Bu. Sibuk apa Bu?" Basa-basiku sambil menelisik wajahnya. "Oh, ini, Bu Dokter, aktifitas jalan pagi saja. Biar lebih sehat!" Jawabnya sambil tersenyum. Aku membalas senyumnya dan mempersilakan untuk kembali melanjutkan. Sebisa mungkin aku mencoba menepis piki

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   48. Pertemuan yang Melelahkan

    Beberapa hari kemudian, setelah diperbolehkan pulang, Saka membawaku ke salah satu pusat perbelanjaan terbesar. Kami berjalan berkeliling untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa digunakan untuk resepsi sedehana kami. Entah kapan akan diadakan. Saka berkali-kali melirikku dengan senang karena akhirnya bisa satu mobil hanya berdua bahkan bergandengan tangan. Aku yang masih sedikit canggung dengan status dadakan ini, sementara Saka terlihat bersemangat."Kapan satu rumah?" Tanyanya iseng. "Tunggu resmi saja!" Jawabku santai sambil melihat-lihat."Kapan resminya?" Tanyanya lagi. "Nunggu semua siap!" Tatapku tajam. "Aku udah sangat siap!" Kata Saka mantap. "Akunya yang belum siap!" Saka hanya menggaruk pelipisnya sambil meringis. "Bagaimana dengan Delia?" Saka berhenti dan menatapku. "Kita tidak bisa mengatakan ini padanya Saka karena ini bisa menyakitinya. Kau yang dulu berjanji untuk menemaninya!" Aku memgingatkan janjinya pada Delia."Aku akan menemaninya asal kau menerima lamaran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status