Beberapa hari berlalu, namun bayang-bayang pertemuan Saka dengan ibunya masih menghantui. Aku tahu Saka berusaha tegar, tetapi sorot matanya tak bisa menyembunyikan kebingungan. Aku pun demikian, diliputi rasa bersalah yang semakin dalam. Keputusanku untuk merahasiakan pernikahan ini, keputusan yang semula kupikir akan melindungi Saka, justru berbalik menjadi bumerang yang mengancam masa depannya. Tak bisa terus menerus meratapi keputusan ini, aku yakin akan ada jakan keluar yang akan kami temui. Hingga pertemuan yang tak bisa kuhindari. Bertemu dengan Tante Asa, saat aku memutuskan untuk pergi ke mal sendirian. "Nada?" Aku menoleh. Di hadapanku, berdiri Tante Asa, ibu Saka. Wajahnya terlihat lelah, namun sorot matanya tajam. Jantungku berdebar tak karuan. Ini kali pertama kami bertemu secara langsung setelah kabar pernikahan kami mencuat. "Tante Asa," sapaku pelan, merasa canggung. "Bisa kita bicara sebentar?" tanyanya, suaranya tenang, namun ada nada perintah yang tak bisa d
Last Updated : 2025-07-28 Read more